Cari Blog Ini

Rabu, 01 Juni 2011

Latar Belakang

Latar Belakang
A
papun keahlian yang dimiliki manusia, ketika berhasrat mempersembahkan sesuatu kepada sosok yang sangat dicintainya, senantiasa akan mengerahkan segala kemampuannya agar segala sesuatu yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan kemuliaan yang maksimal. Bahwa penciptaan suatu hasil karya sebagai persembahan tertentu dan untuk tujuan tertentu telah berlangsung sejak dumulainya peradaban manusia. Hal mana produk produk karya cipta mulai saat itu disebut dengan Budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dari sejumlah besar produk budaya yang senantiasa terus berkembang hingga kini, tentunya ada pula beberapa produk budaya yang terkikis dan akhirnya punah oleh karena telah tidak bermakna lagi dalam kurun waktu yang lain oleh penggunanya. Di Bali, produk-produk budaya hasil karya leluhur masyarakatnya sangat berkaitan dengan falsafah Tri Hita Karana, yang berdasarkan inti ajaran agama Hindu.
            Dari sekian banyak hasil karya yang telah dihasilkan oleh leluhur Orang Bali, yang bersumber dari beragam disiplin seni, ternyata pencurahan mendalam untuk menghasilkan suatu Karya Besar dan tak pernah tenggelam hingga kini tidaklah lepas oleh proses sakral yang dilaluinya. Diantara salah satu bentuk karya seni yang dapat kita warisi, karya seni sastranyalah yang senantiasa sebagai media yang tetap dipedomani dalam pelaksanaan kehidupan sosial budaya masyarakat Bali hingga kini. Karya sastra yang ada dan dapat kita warisi hingga saat ini, berbagai macam bentuknya mulai dari, babad, silsilah, purana, itihasa, prasasti, pangeling-eling, pasobaya, awig-awig, gegaduhan, pamunder, piagem, piteket, bhisama dan lain sebagainya yang masing-masing dari karya tersebut memiliki batasan tertentu sebagaimana penamaan dan fungsinya.
Masyarakat Bali begitu taat akan landasan yang tertuang dalam aturan keagamaan Hindu. Dalam pengejawantahan landasan Agama Hindu yakni Panca Sraddha di Bali, dicerminkan oleh berbagai macam bentuk. Salah satunya yang akan kita tinjau lebih jauh adalah tentang Babad.
B
abad adalah karya sastra memuat berbagai macam kejadian sejarah masa lalu. Babad, cenderung menokohkan salah satu tokoh yang tentu saja memiliki pengaruh kuat pada masanya. Pentingnya pemahaman suatu babad bagi kalangan yang menggunakannya sebagai acuan kehidupan sosial budayanya, agar apa yang telah menjadi garis besar batasan perilaku si penerus keturunan mengikuti jalur sebagaimana harapan pendahulunya. Banyak pengalaman hidup khususnya umat Hindu di Bali, mewarisi perjalanan hidup yang sulit bahkan fatal ketika jalur apa yang semestinya dilakukan tidak dapat dikerjakan. Hal inilah yang mendorong sebagai motivasi penerus keturunan salah satu klan yang tumbuh dan berkembang hingga kini senantiasa mengupayakan langkah pemahaman, penggalian penelusuran dan penelitian untuk dapat memahami jati diri klan yang sebenarnya. Sumber-sumber yang secara jelas memuat tentang sejarah masa lalu adalah dari berbagai karya sastra Babad/Prasasti yang terwarisi dan terawat rapi juga disakralkan oleh penerus keturunannya.
Sebagai karya sastra, babad selalu ditulis dengan melukiskan analogi-analogi, dalam kerangka kaidah keindahan suatu produk/karya kesusastraan. Sehingga untuk memahami babad secara utuh tidaklah dapat dengan mudah dilakukan. Melainkan harus banyak didukung oleh referensi pemaknaan sebagaimana berlaku pada masa penulisannya. Hal penting yang tidak dapat di tinggalkan dalam memahami babad yakni mencari pembanding babad atau karya sastra yang lain, dan bukti peninggalan lain. Sehingga dalam pemahaman arti keseluruhan dan kesujatian yang tertuang di dalamnya dapat terungkap secara jelas.
S
ebagaimana pernah dituliskan oleh Prof. DR. AA. Gde Agung, S.H. Guru Besar Ilmu Sejarah di Universitas Udayana, pada Orasi Ilmiah Babad Sebagai Sumber Sejarah, hal. 5-6, Percetakan Unud, 2001, bahwa untuk menilai suatu Babad harus didasari oleh pemikiran yang kritis analitis. Langkah-langkah dalam pemahaman Babad dimulai dari; Keaslian dan kelengkapan sebagai Babad. Yang dimaksud sebagai kelengkapan Babad; terdapat identitas penulis dengan jelas, sumber pendukung penulisan, angka-angka tahun, dan menggunakan bahasa Sansekerta/Bali/Jawa kuno. Hal yang tidak dapat ditinggalkan pada proses pemahaman suatu babad adalah sedapat mungkin peneliti/sejarahwan dapat masuk pada situasi jaman sejarah tersebut. Dengan demikian akan muncul banyak pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya untuk mencari lebih jauh tentang situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.  Dengan demikian akan dapat dipahami lebih mendetail, hal-hal apa yang semestinya diketahui tentang hubungan cerita satu dengan cerita lainnya, untuk kemudian memahami secara jelas karakter penokohan yang dimaksud dari asal usul serta segala sesuatunya yang berhubungan dengan beliau.
Melalui tulisan ini penulis mencoba memberikan gambaran mengenai tokoh Ida Dalem Putih Jimbaran sebagaimana tertuang dalam Prasasti Dalem Kembar Wijiling Watu, baik yang tersimpan di Grya satrya maupun yang ada di Umadiwang, Belayu. Kemudian mengkomunikasikan dengan data-data peninggalan yang ada, baik berupa tulisan, peninggalan pusaka atau bahkan menghubungkan dengan cerita-cerita pendukung /penyanding baik yang ada pada keluarga ataupun di luar keluarga. Tentunya dengan batasan-batasan kriteria yang jelas dan dapat ditunjukkan keasliannya dan tidak menggeser tatanan-tatanan pokok filosophis sebagaimana yang kita warisi.
Dengan harapan apa yang tertulis ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi keluarga besar dalam memahami lebih jauh tentang siapa leluhurnya, siapa sametonnya dan dimana keberadaannya. Untuk kemudian secara bersama-sama memahami dan menjalankan dengan benar batasan-batasan yang telah ditunjukkan oleh leluhur. Dengan telah terpahaminya gambaran ceritera mengenai leluhurnya, dan dengan kesadaran rasa Bhakti dalam menjalankan kewajiban/swadharmaning makawitan sebagai prati sentana, niscaya perjalanan hidup kita akan dapat mencapai tujuannya dan terhindar dari segala kegelapan yang membingungkan dan menjerumuskan.
Sebagai hal yang termudah dalam rangka untuk dapat menghubungkan data satu dengan yang lain, dapat dimulai dari konteks punggelan ceritera pasametonan di bawah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar