Cari Blog Ini

Rabu, 01 Juni 2011

Pura Ulun Siwi, Jimbaran.

PURA ULUN SIWI
S
ebagaimana terjelaskan dalam uraian di atas, bahwa Pura ini adalah sebagai Pura Kahyangan Jagat yang telah ada dan dikerjakan pada masa Ida Dalem Petak Jingga bersamaan dengan dibangunnya Pura-pura lain seperti Pura Kahyangan Tiga, Pura  Dalem Setra dan Pura Padukuhan. Khusus untuk Pura Ulun Siwi ditunjuk keturunan Tegeh Kori yang ada di Jimbaran sebagai pemangkunya. [1]
Kemudian ketika kedatangan ke dua kali I Gusti Agung Putu Agung setelah mengalahkan I Gusti Putu Kaler Pacekan dalam rangka membantu Kerajaan Kapal, oleh karena Bhisama Raja Bali Ida Dalem I Dewa Agung Jambe, dan sebagai wujud pasametonan, direnovasilah Pura Ulun Siwi menjadi 2 rong. Rong sisi Utara untuk keturunan I Gusti Agung Made Agung (adik kandung I Gusti Agung Putu Agung) yang kemudian menjadi Penguasa Kerajaan Mengwi. Sedangkan isi sebelah selatan adalah untuk penerus keturunan Ida Brahmana Wayan Petung Gading.
Fungsi lain dari Pura Ulun Siwi, selain sebagai pura Pura Penyungsungan Jagat terkesan mengarah pula pada fungsi penyungsungan kawitan dari Pasametonan Ida Brahmana Wayan Petung Gading dengan I Gusti Agung Maruti. Mengingat dari segi bentuk bertumpang sebelas yang bermakna sthananya Pedharman dari leluhur yang telah suci. Pura Ulun Siwi sebagai tempat pemujaan leluhur berbentuk Meru Tumpang Solas,  dalam khasanah budaya arsitektur tradisional Bali, dikenal sebagai jumlah tumpang tertinggi dan tempat pemujaan leluhur dalam level/tingkatan Raja tertinggi. Orientasi meru ke timur, menjadikan para bhakta yang bersembahyang dihadapannya memuja ke arah Barat, yaitu Jawa. (sesuai prasasti, menjelang moksahnya Ida Dalem Petak, sempat pulang Kampung ke Solo, Jawa Tengah).
Dalam perkembangan penyebutan nama Pura Ulun Siwi, yang kini menjadi Pura Ulun Suwi, masih menjadi pertanyaan tentang dasar keputusan Pemerintah Kabupaten Badung yang mendanai renovasi pura beberapa waktu lalu dengan dana tidak kurang dari Rp. 2 Milyar. Yang melegakan adalah, oleh karena perubahan nama pura dari Pura Ulun Siwi sebagai “hulun penyiwian Kawitan” menjadi Pura Ulun Suwi yang berkonotasi sebagai Pura Subak, pada acara pamelaspas dan pengenteg linggih yang dilaksanakan, tidak dibarengi dengan perubahan fungsinya secara spiritual sebagai hulun penyiwian Kawitan sebagaimana sebelumnya. Demikian pula tatanan pelinggihnya, tetap.
Khususnya tentang fungsi sebagai penyungsungan kawitan dari penguasa Jimbaran, terdapat cerita yang menjelaskan bahwa Ida Bhatara yang bersthana di Pura Ulun Siwi memiliki putra yang karena kenakalannya akhirnya dihanyutkan. Setelah dihanyutkan akhirnya terdampar di suatu tempat, yang disebut Pura Dalem Balangan.


[1] Gde Arka Sindhu, Prasasti Dalem Kembar Wijiling Watu, Belayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar